Tuberkulosis, atau yang lebih dikenal dengan TBC, adalah penyakit menular yang diakibatkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Meskipun biasanya menyerang paru-paru, TBC juga bisa menginfeksi organ tubuh lain seperti otak, kulit, tulang, kelenjar getah bening, dan bagian tubuh lainnya ketika bakteri tersebut menyebar melalui aliran darah. Keadaan ini disebut TBC Ekstra Paru.
Perlu dicatat bahwa TBC bukanlah penyakit yang diwariskan secara genetik, juga bukan disebabkan oleh kutukan atau praktik supranatural. Penyakit ini dapat menjangkiti siapa pun, baik tua maupun muda, laki-laki maupun perempuan, dari berbagai latar belakang sosial. Meskipun hanya sekitar 10% dari orang yang terinfeksi yang akan mengalami penyakit, bakteri TBC bisa tetap berada dalam keadaan tidak aktif (laten) dalam tubuh dan menjadi aktif ketika sistem kekebalan tubuh melemah.
Gejala utama TBC termasuk batuk berdahak yang persisten selama 2-3 minggu atau lebih, yang bisa disertai dengan gejala lain seperti sesak napas, nyeri dada, batuk berdarah, kelemahan tubuh, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, dan berkeringat pada malam hari tanpa melakukan aktivitas berat.
TBC menular melalui udara ketika orang yang terinfeksi TBC paru batuk, bersin, atau berbicara, sehingga partikel dahak yang mengandung bakteri TBC tersebar di udara dan bisa terhirup oleh orang lain. Orang dengan TBC paru yang memiliki hasil positif pada pemeriksaan BTA (Bacillus Tuberculosis Acid-fast) dapat menularkan penyakit ini kepada 10-15 orang di sekitarnya setiap tahunnya. Namun, tidak semua orang yang terpapar bakteri TBC akan langsung mengalami penyakit TBC; sebagian besar memiliki sistem kekebalan tubuh yang mampu menahan infeksi. Risiko tertular TBC lebih tinggi pada anak-anak, penyintas HIV/AIDS, lansia, perokok, penderita diabetes melitus, dan mereka yang memiliki kontak langsung dengan penderita TBC.
0 Komentar